MEDIA SOSIAL DAN “MERK” DIRI

Oleh : Kak M. Fadeli – Koordinator Pelatih Rumpun Penegak

Kita sedang berada diera digital dimana semua informasi berada dalam satu genggaman. Seperti dua sisi mata uang, sebuah kondisi abu-abu antara positif dan negatif menjadi satu bingga sulit memisahkan antara fakta dan opini. Pertanyaanya bagaimana kita berpihak dan memanfaatkan media sosial. Satu sisi media sosial mampu menjadi sumber informasi dan alat komunikasi yang efektif. Untuk memudahkan berinteraksi dengan banyak orang, memperluas pergaulan, jarak dan waktu bukan lagi masalah, lebih mudah dalam mengekspresikan diri, penyebaran informasi dapat berlangsung secara cepat, dan murah.

Disi lain media sosial  menjadi sumber malapetaka, bagaimana tidak, karena dapat menjauhkan yang dekat dan sebaliknya, interaksi secara tatap muka cenderung menurun, membuat orang-orang menjadi kecanduan terhadap internet, menimbulkan konflik, masalah privasi, rentan terhadap pengaruh buruk orang lain. Kegaduhan, pembulian, ujaran kebencian berujung konflik vertikal maupun horizontal dari sebuah informasi yang bersifat hoax. itulah fenomena yang berkembang dalam percaturan media sosial.

Sebagai pribadi-pribadi yang terhimpuan dalam organisasi Kepanduan yang telah memiliki prinsip-prinsip dasar dan janji, memerlukan sebuah pondasi dan filter yang kuat dalam menerima terpaan media sosial. Dengan harapan anggota Gerakan Pramuka menjadi pioner dalam mengisi ruang media sosial secara positif. Literasi media sosial diperlukan untuk mengisi ruang kosong dalam menyebarkan informasi yang membangun, mendidik dan memotivasi.

Menjadi pribadi yang baik penikmat medsos yang cerdas adalah pilihan positif bagi seorang anggota Pramuka. Jangan sampai anggota Pramuka terpengaruh perilaku negatif melalui Media Sosial, seharusnyalah anggota Pramuka menjadi agent of change melalui medsos. Untuk itu beberapa hal yang menjadi pertimbangan bermedsos yang cerdas yaitu pertama upaya menfilter pertemanan, bukan bermaksud menutup diri akan tetapi lebih kehati-hatian jika teman tersebut berdampak negatif bahkan menjurus kejahatan.  

Kedua memasang identitas asli untuk memudahkan mengenali karena tujuan media sosial untuk merajut silaturrahim, memperbanyak koneksi maka buatlah identitas yang mudah dikenali dan memudahkan menghubungi. Ketiga . Tidak perlu berbagi nomor telepon dan informasi pribadi lainnya hal ini untuk menghindari aksi kriminal memanfaatkan akun kita untuk keperluan penipuan akan tetapi jika untuk keperluan bisnis tidak masalah namun perlu kehati-hatian. Keempat memasang foto profil yang sewajarnya untuk menghindari persepsi negatif juga memudahkan orang lain mengenal kita.

Kelima berpikir dulu sebelum membuat status, sebab banyak kasus dari status berujung kesalahpahaman, lebih aman hindari status yang menyinggung pihak lain atau bahkan berujung pelanggaran UU ITE.  Di dalam unggahan di media sosial pasti ada pihak yang suka maupun tidak suka oleh karena itu sebisamungkin menjauhi perdebatan. jika mengarah perdebatan maka sebaiknya diabaikan. Jika dulu kita sering membaca peribahasa “mulutmu harimaumu” maka sekarang di era medsos berubah menjadi “jarimu adalah harimaumu”

Jangan lupa bahwa media sosial sesuai fungsinya dapat dipergunakan untuk membangun “merek” atau citra diri dibenak publik, jika kita ingin memanfaatkan media sosial secara maksimal update  maka branding diri secara otomatis terbentuk. Hal ini tentu tidak mudah karena butuh proses yang tidak instan walaupun ada cara yang instan. Penggunaan media sosial sangat tergantung pada motivasi dan tujuannya untuk apa.

Sebagai anggota Gerakan Pramuka, keberadaan Media sosial sangat dibutuhkan. Minimal mampu memanfaatkan media sosial secara positif. Dalam konteks membangun dan mempertahankan citra Gerakan Pramuka di masyarakat dibutuhkan sebuah figur yang mampu memberikan kesan dan apresiasi positif di masyarakat. oleh karena itu personal branding sangat dibutuhkan. Pertanyaanya apakah personal brand itu  ?, adalah persepsi, pandangan tertentu yang dimiliki orang lain tentang diri kita, atau keseluruhan dari diri kita yang dikenal, dipersepsi oleh publik.

Untuk mengetahui personal brand kita barangkali perlu mengetahui mengidentifikasi apa yang dipikirkan orang lain tentang kita, apa yang dibicarakan, apa yang dirasakan orang lain tentang kita. Semakin positif penampilan dan reputasi kita di media sosial, semakin besar kredibilitas, prestise, dan pengakuan terhadap diri kita dan organisasi. Untuk memunculkan personal brand kita kiranya perlu memikirkan tentang karakter, keterampilan atau ciri khas, keunikan yang kita miliki. Selanjutnya menentukan tujuan kita apa bermedsos, sekedar eksistensi atau untuk keperluan bisnis sehingga hal ini terkait dengan target audien atau target pasar. Jika telah mampu mampu mengidentifikasi target pasar maka selanjutnya menentukan  hal apa yang menarik minat publik.

Yang tidak kalah pentingnya adalah menjaga konsistensi isi dan disain media sosial. Fokus dengan visi misi dan tujuan yang ingin kita capai. Sebab jika banyak berubah maka menyulitkan publik mengenalnya, konsistensi konten akan menjadi rujukan publik. Dan yang terakhir adalah unggah konten yang positif dan bermanfaat, banyak kalangan ingin populer membuat konten yang melanggar etika norma di masyarakat. Sebagai Humasnya Pramuka secara fungsional personal brand kita sangat membantu organisasi dalam membangun citra di masyarakat. (Kak-M.Fadli)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *