Chapter #1

Ditulis oleh Kak Uays Hasyim – Kapusinfo Gerakan Pramuka Kwarcab Sidoarjo

Kita tidak bisa memungkiri, jika bertanya kepada masyarakat secara umum tentang apa yang ada dibenak mereka tentang Pramuka. Jawaban masyarakat memang cukup beragam, namun manakala di ringkas menjadi sebuah kesimpulan, maka jawaban masyarakat secara luas tidaklah lebih dari Pramuka adalah Tepuk tangan, Sorak Gembira, Baris Berbaris, Kemah, Semaphore, Sandi Morse. Lebih parahnya lagi, Pramuka identick dengan guyonan kata “Salam Pramuka” sebuah sapaan salam khas pramuka yang seringkali menjadi nada gurauan masyarakat ketika mendapati ada anggota pramuka lewat di depan mereka.

Loyalitas dan kebanggaan yang dimiliki oleh anggota pramuka terkadang menjadi sebuah boomerang yang akhirnya menaifkan perilaku umum dimasyarakat akan respon terhadap pramuka. Tidak dapat dipungkiri lagi, ini menjadi sebuah permasalahan yang harus ditangani secara serius oleh pemangku kebijakan gerakan pramuka. Kita tidak bisa berdiam diri dan berpangku tangan. Ini bukan pekerjaan Kwartir ataupun Badan Kelengkapan Kwartir yang membidangi penelitian dan pengembangan ataupun PR Besar bagi Pusat Pendidikan Gerakan Pramuka. Ini menjadi pekerjaan kita semuanya, seluruh anggota Pramuka dari lini peserta didik di Gugus Depan hingga tingkat pemangku kebijakan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka.

“Berusahalah sehebat-hebatnya untuk mengembangkan dan meluaskan gerakan kita. Sampai pada suatu ketika setiap anak dan pemuda serta pemudi kita, baik mahasiswa yang di kota maupun yang menggembala kerbau di desa, dengan rasa bangga dan terhormat dapat menyatakan ‘Aku Pramuka Indonesia’,” inilah amanah hebat Presiden Pertama Republik Indonesia kepada seluruh anggota pramuka. Sebuah pesan persuasif yang harus serius untuk kita garap menjadi tindakan nyata.

Realitanya memang gerakan pramuka sangat berkembang dan meluas ke seluruh pelosok negeri ini, namun rasa bangga dan terhormat dapat menyatakan “Aku Pramuka Indonesia” ini harus kembali kita kupas didalam praktek nyata. Marilah kita analisa kembali, secara sederhana saja bagaimana respon masyarakat terhadap gerakan pramuka secara umum. Ini akan menjadi pematik bagi upaya mendasar untuk terus berbenah, kalau perlu melakukan Rebranding Pramuka dengan berbagai upaya.

Haruskah rebranding ? Wajib dilakukan jika ingin bertahan dan terus diminati oleh masyarakat secara luas. Cita-cita luhur menjadikan pramuka sebagai solusi bagi permasalahan kaum muda Indonesia tidak bisa hanya dijadikan sebuah slogan semata, apalagi hanya berkutat terhadap formalitas gugur kewajiban sebuah penyelenggaran kegiatan kepramukaan tanpa betul-betul dibangun sebuah konsep jangka panjang mendorong masyarakat bangga menjadi pramuka.

Lihatlah bagaimana pendiri Pramuka dunia – Baden Powell menginstruksikan kepada seluruh anggota pramuka melalui ungkapannya “We must change boys from a ‘what can I get’ to a ‘what can I give’ attitude.” Kata kuncinya adalah dari sikap ‘apa yang bisa didapatkan’ menjadi sikap ‘apa yang bisa diberikan’. Ini merupakan signal bagi seluruh anggota gerakan pramuka tentang pentingnya sebuah tindakan nyata sebagai bukti jawaban terhadap keraguan masyarakat kepada gerakan pramuka. (Bersambung)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *