Artikel ditulis oleh : Kak Joe Effendy & Kak Acho – Pembina Pramuka pemerhati budaya
Dinamika kehidupan masyrakat yang terus bergulir dari zaman ke zaman tentu menghasilkan sebuah kebudayaan yang kemudian akan diajarkan dan dikembangkan pada kelompoknya maupun kelompok yang lebih luas, bahkan akan diteruskan hingga keturunan selanjutnya. Kebudayaan menurut KBBI merupakan hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat. Menurut Tylor (1871:443-444) konsep awal kebudayaan bersumber pada studi mengenai masyarakat primitif dari segi praktis mengenai sumber kekuatan dan serangkaian gagasan menuju tindakan modern untuk bertahan hidup. Berdasarkan definisi tersebut, maka manusia yang berbudaya adalah manusia yang senantiasa meningkatkan harkat dan martabatnya.
Indonesia yang terlahir dari Nusantara yang dulunya bersatu dibawah bendera Majapahit dan pembuktian Sumpah Palapa yang diikrarkan oleh Mahapatih Gajah Mada, memiliki banyak sekali ragam kebudayaan. Berdasarkan data, terekam 147 tari/tradisi lisan, 287 adat istiadat dan perayaan, 53 pengetahuan dan kebiasaan perilaku, 345 seni pertunjukkan, 254 kemahiran kerajinan tradisional. Data tersebut belum mencakup jumlah bahasa daerah, senjata, busana, maupun bangunan khas Indonesia. Indonesia yang kaya budaya tentu wajib mengedepankan sikap pluralisme, menghargai perbedaan dibawah semboyan Bhineka Tunggal Ika.
Kabupaten Sidoarjo atau dahulunya dikenal dengan Sidokare pada tempo dulu dikenal sebagai pusat Kerajaan Jenggala dibawah pimpinan Patih R. Ng. Djojohardjo. Sidoarjo memiliki 18 kecamatan dan berada pada daerah delta sungai mas dan sungai porong. Budaya Sidoarjo tak kalah tersohor dengan budaya lainnya. Kampung batik Jetis terkenal dengan berbagai motif batik lokal khas pesisir dengan perpaduan warna yang dinamis. Tari remo, tari udang windu, dan tari bandeng nener juga merupakan tarian khas Sidoarjo disamping tarian tradisional lain yang juga berkembang. Kebudayaan lain yang juga tidak kalah adalah kesenian jaranan dan bantengan yang telah digiatkan oleh kelompok seniman lokal. Semua kebudayaan tersebut tentu sangat perlu dijaga kelestarian dan keberlangsungannya.
Melestarikan budaya memang bukan hal yang mudah, apalagi ditengah gempuran budaya non lokal dengan mengusung figur yang memanjakan mata seperti budaya Korea dan Jepang yang diusung melalui lagu, grub band, manga, maupun film yang sedemikian mudahnya diterima oleh kalangan remaja sebagai imbas dari proses globalisasi yang semakin mengikis jarak dan mempermudah penyaluran informasi sehingga semakin membuat budaya lokal tersisih keberadaannya. Pemerintah melalui UU Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, mengamanatkan untuk menjaga dan melestarikan budaya lokal secara gotong royong dan berkelanjutan dengan objek pemajuan yang utama yaitu: (1) tradisi lisan, (2) manuskrip, (3) adat istiadat, (4) ritus, (5) pengetahuan tradisional, (6) teknologi tradisional, (7) seni, (8) bahasa, (9) permainan rakyat, dan (10) olahraga tradisional.
Menurut Soerkarno (2021:14), pemerhati budaya Sidoarjo, sangat penting kiranya untuk memberikan pemahaman kebudayaan kepada tokoh masyarakat, aparatur daerah, seniman, budayawan, maupun kelompok pemuda agar budaya daerah lepas dari ancaman kelompok radikal yang menginginkan lunturnya budaya lokal. Pramuka sebagai bagian dari kelompok pemuda tentunya juga turut serta mengambil bagian sebagai agen konservasi budaya. Tindakan nyata seorang pramuka sesuai janji untuk ikut serta dalam pembangunan masyarakat dan perwujudan sikap terampil sesuai ketentuan moralnya dapat diwujudkan melalui pelaksanaan kegiatan konservasi budaya lokal, khususnya budaya lokal Sidoarjo. Budaya yang erat dengan kehidupan pemuda dan pramuka yang dapat digali lebih lanjut antara lain bahasa, tarian, baju adat, situs, dan kesenian.
Langkah konservatif melalui Pramuka Peduli Budaya dapat diwujudkan pada pelaksanaan kegiatan kunjungan situs bersejarah untuk dipelajari kisah sejarah dan nilai kebajikannya atau juga dapat dilaksanakan kegiatan pertemuan atau perlombaan yang menampilkan keragaman tarian dan baju adat serta pertunjukan kesenian lokal maupun kegiatan lainnya yang menarik dan relevan. Peran Pramuka Peduli Budaya sangat diperlukan agar kebudayaan lokal tidak luntur dan tetap dikenal oleh pemuda. Pemikiran pemuda ala pramuka yang kreatif tentu dapat mempermudah dan menjadikan budaya lokal kembali menjadi tren pemuda masa kini. Maka marilah kita mulai bergerak mewujudkan gerakan satu pramuka satu konservasi budaya.(Pusinfo – Joe & Acho)
Pr
Betul sekali kakak, njih kami akan upayakan untuk terus berbenah