Membongkar Jerat Pramuka: Saatnya Bangkit Sebagai Kekuatan Bangsa dengan 3 Kata Kunci
Pramuka Delta – Gerakan Pramuka di Indonesia, dari gugus depan hingga Kwartir Nasional, hari ini tengah menghadapi tantangan serius yang tidak dapat lagi dibiarkan berlarut-larut. Semangat luhur yang dahulu digelorakan oleh para pendiri gerakan ini tampaknya mulai memudar, terkikis oleh kompleksitas pengelolaan yang belum sepenuhnya mencerminkan visi kemandirian dan pengabdian.
Jerat Terbesar dan Akar Persoalan Utama
Salah satu jerat terbesar dan akar persoalan utama terletak pada lemahnya pengelolaan aset dan sumber daya yang dimiliki oleh satuan organik maupun organisasi pengelola gerakan Pramuka. Aset-aset penting—baik kecil maupun besar—mulai dari peralatan kegiatan di gugus depan seperti tenda, tongkat, dan perlengkapan BLS, hingga bumi perkemahan dan tenda barak milik Kwartir, sering kali tidak dikelola secara optimal. Padahal, dengan manajemen yang tepat, semua aset ini berpotensi menjadi sumber daya produktif yang mampu menopang operasional Pramuka secara mandiri, tanpa terus bergantung pada bantuan pemerintah atau dukungan Majelis Pembimbing.
Namun, langkah menuju kemandirian itu kerap terhambat oleh faktor kepemimpinan. Struktur kepengurusan Kwartir, dari ranting hingga nasional, masih didominasi oleh figur-figur yang menjabat karena kedudukan kedinasan, bukan karena totalitas dedikasi dan pemahaman terhadap kepramukaan. Tidak sedikit dari mereka yang “sendiko dawuh”, menjalankan amanah sekadar formalitas tanpa memperjuangkan urgensi pembinaan generasi muda yang berkelanjutan.
Ini melahirkan pola kepemimpinan yang birokratis, pasif, dan cenderung hanya “gugur kewajiban”. Para pengurus tidak lagi berpikir kritis atau memperjuangkan nilai-nilai ideal kepramukaan, tetapi hanya menjalankan kegiatan formalitas demi laporan pertanggungjawaban. Hierarki birokrasi pun membuat pengurus yang sebetulnya mumpuni menjadi enggan bersuara dan kehilangan semangat untuk berpikir kritis serta membangun gerakan sesuai idealisme sejatinya.
Relevansi Gudep Mandiri dan Kwartir Mandiri
Maka menjadi sangat relevan untuk mulai menggagas model Gudep Mandiri dan Kwartir Mandiri. Konsep ini bukan semata gagasan idealistik, tetapi merupakan kebutuhan nyata untuk menciptakan organisasi yang tangguh, berdaya saing, dan tidak rentan terhadap perubahan dinamika politik maupun kebijakan birokrasi. Melalui pengelolaan aset yang diarahkan pada kegiatan produktif dan berorientasi manfaat, gerakan Pramuka semestinya bisa berdiri di atas kakinya sendiri—tanpa kehilangan jati diri sebagai pembina karakter bangsa.
Pramuka bukan sekadar organisasi kepanduan. Ia adalah bagian dari strategi kebangsaan. Gerakan Pramuka dibentuk oleh negara, bukan oleh pemerintahan, dan berada langsung di bawah Presiden sebagaimana ditegaskan dalam Keputusan Presiden Nomor 238 Tahun 1961. Ia adalah ujung tombak Nation and Character Building yang bertujuan membentuk manusia Indonesia seutuhnya—beriman, bertanggung jawab, dan mencintai tanah air.
Tata Ulang Paradigma Kepemimpinan dalam Pramuka
Karena itu, penting untuk menata ulang paradigma kepemimpinan dalam Pramuka. Sudah saatnya kita bertanya dengan jujur: berapa banyak pemimpin di struktur kwartir saat ini yang hadir karena panggilan jiwa sebagai Pramuka sejati, dan bukan karena urusan jabatan semata? Tanpa kepemimpinan yang visioner dan paham ruh gerakan ini, pembinaan akan stagnan dan perubahan akan berjalan lamban.
Di sinilah pentingnya networking seorang pemimpin. Jaringan yang kuat mampu membuka akses terhadap berbagai sumber daya, termasuk CSR dan dana sosial yang dapat mendukung kegiatan Pramuka. Maka, pemimpin Pramuka masa kini haruslah mereka yang mampu menjalin koneksi strategis dan menghubungkannya dengan kebijakan-kebijakan progresif demi kemajuan organisasi.
Tiga Kata Kunci Bangkitkan Kembali Gerakan Pramuka
Ada tiga kata kunci untuk membangkitkan kembali gerakan Pramuka: Komunikasi, Kolaborasi, dan Kepercayaan. Komunikasi yang jujur dan terbuka sangat diperlukan untuk menyampaikan arah kebijakan serta mempromosikan kegiatan-kegiatan Pramuka kepada publik. Kolaborasi lintas sektor akan memperkuat peran Pramuka dalam menjawab tantangan kebangsaan. Dan kepercayaan—baik secara moral maupun legal—harus menjadi landasan utama setiap pengurus dalam menjalankan tugasnya.
Lebih lanjut, gerakan Pramuka juga perlu mengembangkan sub-unit nirlaba sebagai pilar kemandirian. Badan usaha gudep dan kwartir, lembaga pendidikan dan pelatihan, serta pusat data dan informasi, bisa menjadi tulang punggung ekonomi organisasi jika dikelola secara profesional. Hal ini tidak bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka dan telah dikuatkan dalam Keputusan Munas XI Tahun 2023 tentang Anggaran Dasar dan Rumah Tangga Gerakan Pramuka.
Mari bangun Pramuka yang berdikari, berdaya, dan berpengaruh
Kini saatnya bagi gerakan Pramuka untuk tidak lagi sekadar berjalan, tetapi berlari mengejar ketertinggalannya. Dengan semangat kemandirian, kepemimpinan yang kuat, dan manajemen organisasi yang modern, Pramuka bisa kembali menjadi garda terdepan pembentukan karakter bangsa yang sejati. Jangan biarkan warisan para pendiri kita luntur oleh ketidakmampuan dan ketidakpedulian. Mari bangun Pramuka yang berdikari, berdaya, dan berpengaruh — untuk Indonesia yang lebih tangguh dan berkarakter.[Red]

Catatan Penulis : Tulisan ini merupakan hasil diskusi bersama kak Ganet Budi Utomo – Mantan Kapusdiklatnas Gerakan Pramuka disela-sela Ngopi Pagi di Kantin Polkesbaya Eatery Surabaya (Selasa, 10/06/2025). Disarikan dengan tidak ada maksud menyinggung siapapun dan pihak manapun, namun lebih sebagai Inspirasi yang menggugah setiap pribadi yang peduli;
![]() | Tentang Penulis : Uays Hasyim, SE., MM., CT.HLC., CPS – (Kepala Pusat Informasi Gerakan Pramuka Kwartir Cabang Sidoarjo, Purna Sekretaris Umum DKC Sidoarjo 1997 – 2000, Purna Ketua DKC Sidoarjo 2000 – 2002, Aktif menjadi Pembina Satuan Pramuka Penegak di pangkalan SMKN 2 Buduran sejak 1999 – sekarang, Wartawan Pelajar (Kropel) Surabaya Post – 1997), Pendiri SIKAP PANDUNATA (Sekolah Inspirasi Kepribadian Akhlak Perilaku); |
Share this content:
Post Comment