Pusinfo – Dinamika perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melesat semakin cepat, pengaruh teknologi internet dalam bentuk media sosial memengaruhi kehidupan generasi muda. Dunia seakan dalam genggaman informasi apapun dapat diakses secara bebas. Hal ini berakibat terjadinya penurunan nilai moral kaum muda, menurunnya semangat patriotisme dan nasionalisme kaum muda.
Pada akhirnya berdampak pada minat remaja terhadap Gerakan Pramuka semakin berkurang. Melihat fenomena tersebut merupakan tantangan besar bagi Gerakan Pramuka, bagaimana beradaptasi dengan perkembangan zaman. Khususnya pola pembinaan Pramuka Penegak Pandega yang efektif, kreatif, inofatif, efisien, berguna, dan bermanfaat.
Tentu disesuaikan prinsip-prinsip pembinaan penegak dan pandega yaitu bina diri, bina satuan dan bina masyarakat. Bina diri adalah kegiatan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Bina satuan adalah mempersiapkan diri menjadi instruktur dalam keterampilan kepramukaan tertentu pada perindukan siaga dan pasukan penggalang. Bina masyarakat adalah mempersiapkan diri menjadi pemimpin di masyarakat.
Berdasarkan SK Kwarnas Nomor : 176 Tahun 2013 tentang petunjuk penyelenggaraan Pola dan mekanisme pembinaan Pramuka Penegak dan Pandega Bab IV tentang Kegatan. Pada huruf a, dikatakan bahwa pola pembinaan dari, oleh, dan untuk pramuka penegak, dengan tanggungjawab pembina.
Huruf b. Berkarakter, dinamis, progresif, menantang, bermanfaat bagi diri dan masyarakat lingkungannya dan berorientasi kepada 5 ranah pengembangan diri (spiritual, emosi, sosial, intelektual, dan fisik). Serta huruf c. Membangkitkan, mendorong, dan mengarahkan serta mengatur dan mengembangkan keinginan/minat, semangat serta keterampilan dan jiwa wirausaha pramuka penegak.
Walaupun peran pembina penegak tidak seperti pada peserta didik Siaga maupun Penggalang akan tetapi tangungjawab pembina Penegak Pandega tidaklah kecil. Berangkat dari analisis tersebut pembina Penegak dan Pandega harus banyak membuka diri, meluangkan waktu untuk berkolaborasi antar pembina Gugus Depan lain maupun dengan berbagai institusi Pemerintah maupun Swasta.
Tidak cukup dengan forum-forum resmi seperti Gelang Ajar, Karang Pamitran, Rapat Kerja atau yang lain. Bukan berarti forum tersebut tidak penting akan tetapi diperluka terobosan-terobosan kultural para pembina Penegak Pandega dalam bentuk silaturrahim untuk saling sharing, berbagi informasi, menyaring informasi serta melakukannya sesering mungkin.
Hal ini dapat dilakukan melalui pertemuan insidentil ditengah kegiatan maupun melalui media sosial, bahwa sharing antar Pembina Penegak Pandega di Gugus Depan mampu memberikan alternatif solusi maupun motivasi pembinaan di Gugus Depan. Hal ini tidak bisa dinafikan bahwa pembina satuan Penegak Pandega sangat strategis dalam wadah pembinaan di Ambalan maupun Dewan Kerja tentu sesuai kapasitasnya.
Dalam kesempatan sharing berbagi pengalaman, pengetahuan antar pembina penegak pandega di Bumi Perkemahan Tanjekwagir beberapa waktu yang lalu penulis mendapatkan pengalaman , wawaan serta melahirkan konklusi-konklusi yang konstruktif dalam pembinaan Penegak Pandega. Karena terdapat banyak kendala secara struktural ditingkat Gugus Depan maupun Kwartir sehingga berdampak pada pola komunikasi yang tidak efektif.
Kurangnya support sistem mengakibatkan kegiatan terkesan pincang dan berkecenderungan menimbulkan konflik internal. Kegiatan yang monoton menimbulkan kejenuhan bagi Penegak Pandega, sehingga beralih pada keguatan yang lebih menantang sesuai karakter Gen Z. Solusi inovatif out of the box perlu dirumuskan, dikaji dan dilahirkan dalam bentuk kurikulum pembinaan di Gugus Depan.
Menyadari bahwa dalam kegiatan sharing yang dilakukan secara insidentil tersebut tidak ada tema, tidak ada fasilitator, tidak ada moderator alias “saurmanuk” sehingga tetap informasi yang masuk harus di saring di filter agar mendapatkan simpulan yang berkualitas. Positifnya dalam forum insidentil tersebut semua individu berkesempatan bicara bebas, demokratis, egaliter, tanpat tekanan maupun pengaruh eksternal lainnya.
Setiap Gugus Depan pasti memiliki potensi yang berbeda, keunikan yang tidak sama sehingga latar belakang inilah perlunya kolaborasi antar Gugus Depan. Hal ini harus diwadahi dalam bentuk latihan bersama yang dapat melahirkan keberagaman, apresiatif, tentu kegiatan dapat dikemas untuk memenuhi 4H sebagaimana dikemukakan Baden Powell yakni health (kesehatan jiwa dan raga), Happiness (kebahagiaan yang meliputi 3 indikator yakni : kegembiraan, kedamaian, dan kesyukuran), Helpfulness (tolong menolong/gotong royong), dan Handicraft (hasta karya).
Mengingat pentingnya wadah-wadah kultural silaturrahmi pembina Penegak Pandega tersebut perlu didorong secara kuantitas alias sering untuk saling sharing dan saring untuk mendapatkan hasil yang berkualitas. Semoga bermanfaat, Dirgahayu Pramuka ke-63 tahun 2024 Pramuka Berjiwa Pancasila Menjaga NKRI. Salam Pramuka. [Red]
Tentang Penulis : Dr. Muhammad Fadeli, M.Si – (Purna Ketua DKC Sidoarjo tahun 1995-1998, Koordinator Pelatih Rumpun Penegak Kwartir Cabang Sidoarjo, Dosen Prodi Ilmu Komunikasi Fisip dan Wakil Dekan 1 Fisip Universitas Bhayangkara Surabaya); |